Minggu, 09 September 2012


Enricher adalah Club di sebuah permainan game online Audition Ayodance yang artinya akan terus memperkaya arti sebuah kekeluargaan dan persahabatan yang erat dan yang kekal dan abadi.

Pump It Up (PIU) adalah sebuah nama mesin arcade yang merupakan salah satu dance video games dikembangkan oleh Andamiro yang berasal dari Korea. Mesin ini termasuk dalam kategori dance simulation  machine yang biasa terdapat di sebuah gamecenter-gamecenter

ART (Ayodance Revolution Team) adalah United States ART Community sebuah Community Gamer No.1 di Indonesia.

EnricherPumpART (EPA) adalah Gabungan club / community gamer dan pumper berkumpul yang dapat berdiri kuat dan eskis di bidangnya bukan di karenakan oleh seberapa Handal Individualnya Atau Seberapa Hebat Individualnya tetapi dilihat dari kesolidaritas yang di ciptakan oleh diri kita sendiri antar gamer dan pumper untuk mencapai tujuan yang sama.

From : Cirebon - Jawabarat
Basecamp : Terrazone GunungSari Trade Centre / Terrazone PGC Cirebon
Established : 22 Juni 2011

Organizational Structure

Nama: Elshaday Rindyanti Subandi
Gender: Female
Posisi: Leader
Kategori : Hybrid

Nama : Nur Tiffany Amanda ( Manda )
Gender : Female
Posisi : Owner / Tester
Kategori : Speeder

Nama : Natasha Destianti Subandi
Gender : Female
Posisi : Sekretaris dan bendahara
Kategori : Hybrid

Nama : Weli Yanto
Gender : Male
Posisi : Tester
Kategori : Speeder

Nama : Era Ayu Anggraeni
Gender : Female 
Posisi : Editor Twitter
Kategori : Speeder

Member Of EPA

- Risky Hidayat
- Mega Kurnia
- Rheza Dwipatra Anggana
- Chandra R S
- Sherin Riani Puspa Ruhendi
- Mahendra Ekaputra Ruhendi
- Anelia Fierlianti
- Nita Adelya
- Ola
- Puput
- Frido
- Guy Paradiba
- Fitria Sri Maharani
- Alka Vivi Tri R
- Priska Nur Aviani
- Antika C.Wahyuni
- Tina Oktaviani
- Rika Santika Dewi
- Putri Amelia
- Auliya Nur Afriani
- Muhammad Amrullah
- Muhammad Syauqi
- Martin
- Michelle Angel
- Andrew
- May
- Rayhan
- Zahra Alifia
- Ari
- Ayu
- Livie Alvionita
- Vinna Hadi Syahputri
- Zahra Zettira Zj

Come join us with EPA
Free registration just for FUN

We are FAMILY n Keep Solid :)


Jumat, 11 Mei 2012

cerpen "PAPA"



Cerpen ini saya buat sebenernya untuk tugas, tapi apa salahnya jika saya membagi semua nya dengan kalian. Ini adalah kali pertama saya membuat cerpen. Jadi saya mohon maaf apabila cerpennya kurang berkenan di hati kalian. Cerita ini hanya fiktif belaka, mohon maaf apabila ada kesamaan nama,lokasi,alur cerita, dan lain-lain. Karena sesungguhnya saya hanya membuat cerita ini sesuaai dengan imajinasi saya. Saya mohon agar kalian bisa memberikan kritik dan saran untuk agar saya bisa belajar dari kesalahan dan bisa memperbaiki pembuatan cerpen berikutnya. Terima kasih



PAPA
KARYA : ERA AYU ANGGRAENI
Pagi ini sangat cerah , cuaca hari ini membuat semangat ku semakin membara. Maklumlah hari ini adalah hari pertama dimana aku akan mulai menjadi siswa SMP (sekolah menengah pertama).
“papa, seragam sekolah ku di taruh dimana?” ujar ku berteriak dari dalam kamar.
“kemarin papa taruh di dalam lemari bagian bawah , coba kamu cari ” ujar papa menjawab.
“oke!” ujarku.
“cepat ki! , papa tunggu di meja makan. Kita sarapan bersama” ujar papa.
 Ya! Setelah ibu meninggal dunia aku memang hanya tinggal bersama papa. Sejak umurku 7 tahun aku sudah tidak pernah merasakan belaian seorang ibu, ibuku meninggal saat kecelakaan 5 tahun silam. Saat itu , papa dan mama sedang dalam perjalanan pulang dari sebuah toko mainan , kebetulan saaat itu adalah ulang tahun ku jadi mereka berniat untuk membelikanku sebuah hadiah.
                “papa, nyetirnya jangan ngebut!” ujar ibuku mengingatkan.
                “sudahlah ma, mumpung jalanan lagi sepi, lagian papa sudah tidak sabar untuk bertemu rizky” jawab papa dengan santainya.
Tanpa mengiraukan sedikitpun ucapan mama, papa menyetir mobil dengan kencangnya . namun tak di sangka , saat tengah melintasi sebuah persimpangan muncul sebuah bus dari arah kiri yang tepat menabrak mobil bagian kiri . Mobilpun terpelanting sekitar 100 meter, karena luka yang dialami cukup parah . papa, mama dan para korban lain yang terdapat di dalam bus di bawa ke rumah sakit terdekat. Setelah kecelakaan itu, papa harus mendapati bahwa wajahnya cacat. Ibarat setelah jatuh tertimpa tangga, papa harus mendapati bahwa ia kehilangan seorang istri yang sangat ia sayangi. Mama meninggal dalam kecelakaan itu.
Papa sangat menyesal karena ia merasa kejadian ini terjadi karena salah papa, dia merasa andai saja jika saja ia menuruti perkataan mama untuk tidak mengebut pasti semua nya takkan terjadi. Tidak mudah bagi papa untuk menerima semua ini. 
Setelah mengalami keterpurukan yang sangat lama , akhirnya papa sadar bahwa hidup mati seseorang adalah atas kehendak-Nya. Jika Allah berkehendak, manusia biasa seperti kita semua tidak akan bisa merubahnya.
                “Pa, ayo berangkat. Aku tidak mau terlambat sampai di sekolah. Masa baru pertama masuk udah telat hehe.” Ujarku setelah sarapan selesai.
                “ oke, sebentar papa ganti baju dulu.” ujar papa.
 Papa sengaja men-cancel semua jadwal meeting nya agar bisa mengantar aku ke sekolah di hari pertama ku. Kata papa, "kamu lebih penting dari apapun”. 
                “ayo ki, papa sudah siap nih.” Ujar papa.
                “ayo pa berangkat.” Ujar ku menjawab.
Di dalam perjalanan menuju sekolah kami banyak bercerita, bercanda. Setiap hari kami memang selalu menjalin  komunikasi dengan baik , agar hubungan antara orang tua dan anak tidak renggang hanya karna kurangnya komunikasi.
Sesampai nya di sekolah,
                “ permisi pak , kalo ruangan kepala sekolah nya dimana ya?” Tanya papa kepada satpam sekolah tsb.
                “oh iya pak, skrg bapak lurus saja. Nanti di depan belok kiri lalu naik ke tangga. Ruangan nya di lantai 2 tepat di samping tangga.” Ujar satpam itu menjawab
                “oke pak terima kasih ” ujar papa.
                “ayo ki jalan , ko malah melamun!” ujar ayah sembari mengangetkanku.
                “eeeeeh papa, maaf pa tadi ga melamun kok hehe” ujarku mengelak .
Di tengah perjalanan menuju ruang kepala sekolah, kami bertemu seorang anak kecil. Mungkin berumur sekitar  4-5 tahunan. Setelah melihat kami ia langsung berlari dan berkata kepada ibunya.
                “mama mama, muka om itu seperti monster. Aku takut” ujar anak itu dengan nada yang agak tinggi.
                “husttt alif diam. Maafkan anak saya pak, sekali lagi maafkan anak saya.” Ujar ibu itu.
                “iya bu tidak apa-apa, namanya juga anak kecil hehe.” Ujar papa
Aku tidak terlalu menghiraukan perkataan anak tersebut , tetapi aku mulai merasa tidak nyaman saat kami berjalan di koridor sekolah sepertinya dari tadi banyak sekali anak-anak yang melihat dengan tatapan aneh kepada papa.
                “papa aku sudah tahu harus masuk kelas berapa, jadi sebaiknya sekarang papa pulang saja.” Ucapku kepada papa.
                “baiklah kiki, papa pulang dulu. Semoga hari mu menyenangkan.” Ucap papa.
Sejujurnya aku mulai merasa malu dalam keadaan seperti ini. Aku mulai tidak percaya diri saat semua anak melihat papa dengan anehnya.
                “ah sudahlah , itu tidak terlalu penting.” Ucapku dalam hati.

Esok harinya di sekolah, aku sedang mengobrol dengan salah satu teman baruku disekolah , tiba-tiba…..
                “heh kok lo mau sih berteman sama dia? Anak monster haha” ucap salah satu anak di kelasku kepada temanku.
                “maksud lo apa ngomong kaya gitu? Bangke lo!” ujar temanku marah.
                “ah sudahlah jangan dengarkan dia, ayo ki kita pergi.” Ucap temanku lagi.
Tidak berhenti di hari itu, ejekan-ejekan untuk papa muncul setiap harinya. Dan akupun mulai tidak tahan dengan semua konflik yang terjadi , semua karna papa! Aku malu memiliki papa seperti dia!
Hari ini adalah hari dimana aku akan perform menyanyi , aku masuk babak final lomba menyanyi di salah satu stasiun tv terkenal. Hari ini adalah penentuan siapakah yang akan menjadi jawara nya. Dan penentuan Hasil dari perjuangan ku selama ini. Hari ini ayah tidak menjemputku disekolah, karena aku tidak suka di antar-jemput olehnya lagi. Aku malu, aku lebih memilih pulang di jemput oleh mang iman (supir papa).
                “mba, papa mana? Aku udah tunggu lama nih, hari ini finalnya! Jam segini papa belum dateng juga! Nyebelin bgt.” Ucapku kepada mba susi (pembantu dirumah).
                “sabar den mungkin papa ada kerjaan tambahan di kantor jadi agak telat pulang.”jawab mba susi.
                “ah sudahlah cepat panggil mang iman, suruh dia anter aku ke studio. Nanti kalo papa pulang langsung suruh nyusul aja kesana” Ucapku lagi.
                “baik den, permisi” jawab mba susi.
Sesampai nya di studio, aku langsung bersiap diri. Hari ini aku perform tanpa papa. Biarlah mungkin ia tak perduli denganku lagi.
Tiba saatnya pengumuman juara, tak kusangka aku mendapat juara 1. Inilah hasil dari perjuangan ku selama ini. Tapi kemana papa? Kenapa papa tak kunjung datang juga?
Kringggg…kringgg…kringgg handphone ku berbunyi
                “Ya halo. Siapa ini?” jawabku.
                “ den rizky ini mba susi, den yang tabah ya.” Ucapnya.
                “tabah? Kenapa sih? Ada apa?” ucapku penasaran.
                “tadi saat perjalanan pulang dari kantor  pak deni (papa rizky) mengalami….” Ucap mba susi.
                “papa kenapa? Mba ngomongnya yang jelas dong. Kenapa mba nangis? Jelasin kiki sekarang!” ucapku bingung.
                “pak deni mengalami kecelakaan . Pak deni meninggal dunia” ucapnya sambil menangis.
                “apa?! Papaa!!” ujarku.

Handphone dan piala penghargaan ku terjatuh seketika, air mataku pun menetes. aku sangat shock mendengar kabar ini.
Papa adalah Satu-satu nya orang yang aku punya saat ini. Orang yang selalu menghangatkanku siang dan malam, orang yang selalu hadirkan bahagia. aku menyesal sempat membenci nya. Aku sangat menyesal membenci orang yang sangat menyayangiku. Bila tuhan izinkan aku bicara aku berjanji tak akan pernah pernah menyesal punya dia yang terhebat. Dia yang setia memperjuangkan ku dari awal audisi hingga sekarang aku menjadi juara. Dia yang selalu ada untukku. Dia ayah sekaligus ibu bagiku. Dia bagaikan raja pelindungku dari semua badai. Bila tuhan izinkan aku meminta , aku ingin ia kembali. Ia yang ku cinta. Seorang papa yang takkan tergantikan.
                “papaa…!! Maafkan rizky pa, maafkan rizky yang selama ini berbuat salah. Maafkan rizky ga bisa bahagiain papa. Maafkan rizky yang udah sakitin papa. Papa bangun pa bangun!!” teriakku di depan jenazah papa.
THE END